Senin, 26 Februari 2018

Cerpen 2018


Mimpi Sedu

Karya Elfira Agustin
Aku adalah seorang anak melankonis. Selalu ingin menangis tanpa tahu sebabnya. Kadang aku malu dilihat oleh orang lain. Aku hanya butuh satu tempat yang nyaman, untuk merenung, memikirkan sesuatu hal. Orang lain mungkin tidak akan pernah memahami, apa yang aku rasakan. Orang lain hanya mengerti, inilah aku yang seperti terlihat sempurna. Tapi, apa kalian tahu hati ini sedang terluka? Perasaan ini, batin ini, pikiran ini, seperti tertekan oleh beban hidup yang tak akan ada habis.
Apa yang kalian tahu tentang latar belakang kehidupan seorang sempurna sepertiku? Manusia cantik bertubuh tinggi, berkulit putih, penampilan menarik dan cukup dipandang baik? Ya, kriteria itu memang miliku. Kalian hanya memandang seseorang sekilas dari luarnya saja, kalian tidak akan tahu latar belakang seseorang sesungguhnya. Begitu pula aku, tidak tahu siapa kalian. Aku tidak ingin kalian mengenalku lebih dalam, karena itu akan menambah rasa sakit ini. Aneh? Tertutup? Sudah banyak orang menilaiku sedemikian rupa. Selalu aku berpikir jika ini adalah hidup yang harus aku atasi dan aku tanggung sendiri walaupun pada dasarnya aku bukanlah malaikat terbaik yang mampu melakukan segalanya.
Setiap orang selalu memiliki masalah dalam hidupnya, harapanku hanya ingin masalah itu akan ada jalan penyelesaiannya. Meskipun harus melewati perjalanan yang teramat sulit. Seseorang yang berada di benakku selalu menghampiri setiap aku sedang dirundung kesepian kala tawa sepanjang keramaian itu mulai menghilang. Air mata ini masih setia menetes, meninggalkan jejak tanpa tuannya. Suara isak tangis yang memaksa untuk berhenti terasa amat berat, hingga mengakibatkan hidung ini kembang-kempis oleh udara tipis disekitar sesak napasku.
“Jangan bersedih lagi, apa yang membuatmu terus bersedih seperti ini?” tanya pria berwajah putih salju, berambut messy dan tubuh tinggi sangat kurus.
Aku tidak menjawab, terus terobsesi pada duniaku sendiri yang seakan mati. Pria itu terdiam, sepertinya dia sudah lelah memperdulikanku. Baguslah, biar saja aku tetap seperti ini tanpa banyak orang mengerti. Bagiku itu akan menambah sesak, aku akan selalu terbayang oleh cerita sedu. Aku tidak kuat untuk melepaskan gelora dalam dadaku yang mencicit bagai serangga kecil dalam kurungannya.
“Apa ada baiknya mengurung dirimu sendiri? Apa ada yang tahu kalau kamu sedang sedih dan butuh sandaran? Aku di sini selalu bertanya dan kamu terdiam menghabiskan waktu dengan bisu tanpa pernah memperdulikan seberapa banyak rintik sedu yang sedang kamu kumpulkan pada ruang pias wajah indahmu itu?” ternyata dugaanku salah, pria itu masih saja kokoh menemani setiap sedih yang menjalari pikiranku dan menguras seluruh tenagaku setiap detiknya.
Aku menggeleng, kali ini pria itu menghembuskan napas lelah. Dia melihat aku sangat lekat, seolah aku adalah lukisan indah yang sedang diabadikan untuk dinikmati. Sepasang kakinya merapat, melurus untuk berselonjor dan bersandar pada diding yang sama denganku. Apa maksudnya dia di sini? Aku merasa memiliki teman sedih, walau tak pernah bisa aku membuncahkan amarah ini pada mereka, aku hanya ingin menyimpannya sendiri dan memiliki seseorang di sampingku seperti detik ini.
Dia membelai rambutku dari samping, diusapnya air mata ini yang terlalu sukses membawa bengkak di setiap sudut mataku. Tanpa aku duga, tangan pria itu meraih kepalaku dengan hati-hati untuk di bawanya bersandar pada pundak kokohnya. Aku mengikutinya, membiarkan seluruh atmosfir tersita oleh waktu. Seberapa lama aku terdiam di posisi ini, hingga tidak sadar semakin lama masalahku larut oleh kenyamanan.
“Jangan pergi... jangan pergi... aku kesepian..” aku terus menggumam tidak jelas dengan suara lirih dan serak. Pria di sampingku jelas mendengar, ia mengusap pipiku dengan lembut. Kemudian berbisik sangat tenang, “tidak akan pergi, kamu bersamaku, bukan bersama kesepian.”
Tidur. Aku tertidur. Dan, keesokannya aku akan terbangun dari mimpi buruk.
***
“Kurang satu bulan lagi aku akan melaksanakan Ujian Nasional, aku tidak memiliki kemampuan dalam dua mata pelajaran. Aku takut kalau nilaiku jelek dan semua mimpiku hilang. Terlalu banyak beban yang sedang aku tanggung, Bon.”
“Kamu tidak dengar kedua orang tuaku selalu meributkan pertikaian antara rumah tangga rumit ini? Aku jadi malas bertemu laki-laki. Apalagi merasakan indahnya jatuh cinta. Hitam putih dalam hidupku tidak ada. Semua terasa abu-abu dan tidak jelas, sampai sekarang aku belum mempersiapkan diri. Jangan salahkan jika nilaiku jelek. Mereka saja juga tidak pernah mengerti aku, Bon. Mereka tidak tahu sudah berapa banyak uang yang aku keluarkan. Aku tidak pernah meminta mereka ketika sedang ada keperluan. Tapi, aku masih anak pelajar yang sekali dapat kerja kemarin langsung merasa tidak cocok karena berbeda dari keahlian aku.”
“Kenapa tidak ada orang yang mengerti perasaan aku, Bon? Kenapa?”
Aku bertanya pada Boneka yang sedang berada dalam pelukanku. Boneka kecil yang berwarna biru gelap itu senantiasa menjadi teman ceritaku ketika sedang berada di kamar kecil ini. Seperti ada badai yang sedang berperang dalam hatiku kala itu, isak tangis seorang anak kecil terdengar keras sedang beradu mulut tanpa ada satu pun ingin mengalah dan menghindar. Sama seperti keegoisan dalam diri manusia, kepala ini lagi-lagi dipenuhi oleh gejala pening yang sudah tidak tahan lagi untuk tetap utuh, sehingga letupan-letupan pecah pada tempatnya bersamaan dengan hari penyesalan di alam dunia ini.
“Kita cerai saja, bila kamu tidak bisa menerima dan kesusahan itu juga karena ulahmu.”
Aku mencuri-curi suara kecil dari seberang sana, sudah kumarahi kedua anak kecil yang sedang beradu mulut serta tangis. Aku kesal, merasa tidak ada gunanya, kurebahkan tubuh untuk mengambil benda pipih dan mengenakan earphone sebagai gantinya pikiran rumit ini agar segera bergeser oleh ketenangan. Begitulah caraku untuk mengusir sedih, aku juga tidak ingin menangis dalam kondisi seperti ini. Ketakutan yang salama ini aku hindari akan benar terjadi.
Keluargaku semakin hancur.
Adikku tidak pernah akur.
Sekolahku juga semakin hancur.
Sikap acuhku menjadi boomerang.
Tidak ada yang tersisa dari kesedihan ini selain sedih dan sedih.
Siapa yang bisa mengerti? Uang sekolah belum juga dibayar, uang ujian, uang yang telah aku pakai dari teman-teman karena kegiatan tak terduga, uang untuk meminjami kedua orang tuaku dalam kehidupan makan bila tidak ada. Uang untuk kesejahteraan hidup setiap harinya, uang jajan, uang listrik, hutang di arisan temannya. Akh... ini terlalu tentang materi. Apa sesulit itu hidup mencari materi yang matang? Kenapa harus ada aku di dunia ini jika materi belum matang?
Tidak, aku harus selalu bersyukur. Sudah aku lakukan setiap hari untuk menyingkirkan segala pikiran buruk dan selalu bersikap jika masalah itu tidak ada. Yang ada hanya rasa syukur dan senyum palsu sebagai ibadah katanya.
“Prestasi kamu turun dan semua nilai kamu turun, ada apa sebenarnya sama kamu?”
Hah? Aku terkejut saat mereka bilang seperti itu. Sungguh aku ingin menangis, tidak pernahkah kalian sadar telah membuat tekanan hidupku? Aku ini terlalu melankonis, sampai-sampai aku menangis dan menjadi bayang-bayang pertanyaan.
“Aku butuh cinta... cinta seseorang yang bisa menemani aku agar melupakan segala kesedihan dan mengobati dengan kasih sayang.”
***
“Akhhh...”
Terbangun.
Apa yang telah aku mimpikan selalu saja tetap sama. Aku sudah meminta, tapi tak pernah kau berikan. Seberapa jauh lagi aku terus memimpikan setiap perjalanan sedu ini? Dititik mana aku akan berhenti berjuang sendiri? Aku terdiam meneliti ruangan hampa yang diselabuti oleh sarang dan begitu polos dinding bercat putih ini. Aku sadar, selama ini terlalu banyak ilusi yang meninggalkan cerita. Selama ini terlalu banyak bayangan yang tak pernah nyata hadir di setiap imajinasiku saja. Selama ini juga aku terlalu mengurung diri dalam lingkup sempit.
Lepas. Aku ingin terlepas dalam dosa kebohongan ini. Berpura-pura baik saja itu terlalu munafik. Pikiran dan hatiku sedang sakit. Satu minggu lagi aku akan melaksanakan hidup dan mati untuk menjelang masa depan. Jika waktu telah merenggut segala mimpiku, maka aku tak akan pernah bisa diam membiarkan mimpi itu termakan waktu. Aku harus bangkit melawan dunia.
Cinta itu tidak akan pernah datang. Percayalah, sekarang aku sedang tidak percaya dengan cinta. Aku sudah tidak percaya lagi akan ada kebahagiaan, karena yang aku rasa selalu sedih. Aku menepi pada daratan yang bisa menghapus air. Aku tidak akan lagi tenggelam pada masa pahit. Cukup hidup ini saja sudah hambar dan pahit. Oleh sebab itu, kubur saja harapanmu untuk memiliki teman hidup selagi aku masih belum bisa menemukan kepercayaan dalam hal cinta.
“Aduh, sakit!” aku meringis saat jatuh menyentuh aspal panas dan kasar itu. Seperti hidup yang selalu kasar padaku.
“Bangunlah, aku tidak suka sama perempuan yang jatuh hanya karena tidak percaya diri untuk melihat kedepan.”
Aku mendengar suara serak bernada dingin dari khas seorang pria. Perlahan kukibaskan rambut panjang ini yang selalu menutupi wajah cantikku dari pandangan di depan. Sehingga aku mendongak menatap langit biru, lebih tepatnya ada seseorang yang sedang berdiri di antara langit biru itu.
Dia ada menawarkan rasa percaya diri kepadaku. Di saat itu aku merasa dunia ini sedang ingin melihatku percaya diri kembali. Jika memang dia bukanlah bagian dari mimpi seduku lagi, tolong buat aku percaya diri. Agar aku merasa mimpi sedu itu akan hilang. Agar aku tidak iri kepada mereka yang memiliki teman hidup. Agar aku terhapus dari setiap mimpi untuk menerawang wajah tampan seorang pria dan membohongi diri jika aku adalah kekasih diri sendiri.
Di saat itu, aku menerima uluran tangan seorang pria tampan yang terkena terpaan sinar matahari. Pria itu seolah menularkan sebuah sinar untuk menghapus mimpi seduku. Apalagi saat aku menyentuh senyumnya yang terasa amat nyata. Benar, dia nyata dan bukan lagi mimpi dalam teman tidurku yang semu. Bukan lagi bayangan yang aku ciptakan sendiri.
“Namaku, Langitan Kalvano.”

Senin, 09 Januari 2017

Wattpad Indonesia


Seseorang tidak bisa memilih, kepada siapa dia harus jatuh hati. Karena hati tak pernah salah, kepada siapa dia harus mencintai. Jika dia cinta sejatimu, maka dia tidak akan benar-benar pergi. Tetapi, jika takdir maut yang memisahkan, carilah cinta sejatimu yang sesungguhnya telah tuhan persiapkan untukmu.

Kehidupan tidak sepenuhnya membuat seseorang bahagia, tidak sepenuhnya membuat seseorang terpuruk, tidak sepenuhnya membuat seseorang benar-benar hancur. Ichelaziu Floratisa, gadis berperawakan cantik yang memiliki lesung pipi di mana semua lelaki akan terpesona saat melihatnya. Mantan model, mempunyai adik perempuan bernama Ranita Febrianti dengan kekasihnya Davito Aldiansyah Putra yang ternyata telah dijodohkan oleh Ichel.

Setelah kedatangan pria bule arab itu bernama Ikky Bulfaroanggara, bagaimana bisa dia mencintai Ichel? Bagaimana bisa dia akan melupakan orang yang dicintainya? Tuhan, punya rencana indah. Justru orang yang membuatnya move on, orang yang mencintainya dan membuatnya jatuh cinta kini berbalik melupakan? Tidak semua orang tau dia memiliki penyakit Alzheimer yang di simpannya rapat-rapat rahasia terbesar itu.

Billysom, pria itu mengubur cintanya demi sahabatnya, demi kebahagiaan. Teman masa kecilnya. Ichel mencintainya, walaupun dia akan pergi. Tapi, cintanya akan selalu ada dihati.

"Mencintai seperti melupakan sesuatu dengan hatiku yang menghilang."-Ichelaziu.
"Gemuruh dihatiku akan meredah dengan sendirinya. Langit terasa terang, dan udara tak lagi menyesakkan dada. Suatu hari, rasa rindu yang membuatku bahagia. Telah kau temukan dimana kau akan berdamai dengan hatimu."-Remember Hear Me.



Rasintia Nadilapradita Putri, terlahir di tengah keluarga angkat bermarga Belanda, Henrick Ryker Vanderpool dan Reyvan Vanderpool, dengan arti nama bangsawan pemimpin yang dapat menyatuhkan. Tanpa seorang Ibu. Bagi, Rasi keluarga kandungnya telah tiada. Ia hanya mempunyai kedua pria tampan yang rela menyayanginya. Belanda adalah tempat masa lalunya, mengenang masa buruknya. Kembali ke kota Surabaya adalah pilihannya.
Dunia Fantasy, telah masuk ke dalam hidupnya. Pilihannya bukan untuk menjadi seorang putri khayangan yang berambisi memiliki kedua pangeran tampan. Bintang Pramana Frahent ataupun Brahmana Krisna Frahent. Tuhan, mempertemukan Rasi Bintang diantara pagi, siang, sore dan malam. Tidak lebih dari 600 Detik, malam itu membuat seorang Bintang jatuh cinta kepadanya.
Bagaimana dengan Perinafita? Utusan Ratu Belanda dari bangsa khayangan. Perinafita menyelesaikan misinya di kota Surabaya, dengan menjadi bagian keluarga Frahent. Garis panah asmara, ternyata tidak hanya membawa cinta segitiga antara Rasi, Bintang dan Brahmana. Namun, garis panah itu juga membawa cintanya bersama cowok blasteran Belanda tersebut.
Apa yang terjadi, jika misinya selama ini gagal? Apa ia menghapus seluruh memory dunia Rasi? Atau membiarkannya jatuh cinta murni dan melepaskan cinta terlarangnya kepada Reyvan?
Bagai benang yang menjerit, hanya tuhanlah yang tau.




Jika es batu yang dingin bisa dilelehkan oleh panas matahari, lama kelamaan menjadi cair. Maka, hati yang membeku, lama kelamaan akan luluh juga. Demikian dengan cinta. Cintailah dia dengan sempurna, hingga dia tidak ada alasan untuk tidak mencintaimu. Karena cinta itu sendiri telah menjanjikan bahwa semua akan indah pada waktunya.

Elfana Reina, gadis bermata emas dengan sejuta air mata. Awalnya dia anak gaul, populer, aktif dan menjadi kebanggaan di seantero SMA Angkasa. Namun, seiring jalannya waktu semuanya hilang. Semuanya berubah menjadi sepi, sunyi, gelap, kebencian, di asingkan, pendiam, dingin dan datar. Semuanya bertolak belakang, sejak kejadian itu datang di dalam hidupnya. Masalah datang bertubi-tubi. Elfana yang sekarang cengeng, lemah, karena ia perempuan.

Namun, apa yang terjadi jika Elfana bertemu dengan cowok yang sama bertolak belakang sepertinya?

Albert Reyvan, cowok dengan sejuta keajaiban. Semua orang mengenalnya, ketua osis SMA Angkasa yang terpilih oleh keajaibannya. Mengapa? Tujuannya masuk ke osis bukan kemauannya. Tapi, mamanya telah menjadikannya sebagai ketua osis. Orang tua Albert, punya banyak kekuasaan sebagai pemilik donatur terbesar di sekolah. Albert itu merokok, tanpa banyak orang yang tahu. Tapi, ia bukan perokok aktif, melainkan hanya saat keadaan sedang tidak memihak kepadanya. Selain suka bermain games, lebih baik travelling mengambil moment yang bisa diabadikan. Tidak punya teman, tampang si ganteng, tapi temannya bukan dari teman sekelas, karena kebanyakan dari anak komunitasnya. Memiliki komunitas bernama Darkseven. Dari sana, Albert tahu, arti kehidupan dari balik dramanya. Termasuk, memanggil namanya, Elf.

"I choose to love you."


Follow instagram : Elfiragustin21
newinstagram : Elfiraagustin_
Wattpad : Elfiraagustin_

Thanks^^

Senin, 25 Juli 2016

Buku Kumpulan Cerpen

Pre Order 25 Juli-15 Agustus
-------------------------------------------------------
Judul : KUINS
Kategori : Kumpulan Cerpen Kocak, Unik dan Inspiratif
Penulis : Peserta EMB
Tebal : 158 halaman ; 14x21 cm
Harga Pre Order : Kontributor Rp 25.000, Umum : Rp 30.000, 
setelah PO kontributor Rp 28.000, Umum : 
Rp 35.000
Penerbit : Penerbit M M (lini CV. Madza Publishing)
Pemesanan : inbox FB Penerbit M M/line: 18012010miyu, WA
0897-8712-749, dengan format: MM_Jumlah
Buku_Kontributor/ Umum_Nama_Alamat
Lengkap_No. HP atau yang lainnya.
-------------------------------------------------------
Back cover:
Kumcer “KUINS” ini adalah buku yang berisi kumpulan cerpen kocak, unik dan inspiratif hasil Event Menulis Bersama (EMB), yang ditulis oleh anak sekolahan, kuliahan bahkan ditulis oleh beberapa guru dan dosen, termasuk profesi yang lainnya.
Peserta EMB ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Ada yang berdomisili di daerah Jawa, Sumatra, Kalimantan, NTT, bahkan ada yang berdomisili di Hongkong/ luar negeri.
Bagaimana? Apakah tertarik membaca buku ini?


"Dunia Mimpi" buku kumpulan cerpen siswa SMK Dr.Soetomo Surabaya.
Ditulis oleh kelas menulis online dari beberapa siswa dan terpilih tiga belas siswa yang di terbitkan oleh CV. Padma Herlambang Nusantara serta Bapak Juliantono Hadi SE, ST, M.Si Kepala sekolah SMK Dr.Soetomo Surabaya
Novia Febrianti
Elfira Agustin
Munawaroh
Julaeka
Mira Marlina
Wahyu Indah Ningtyas
Mustofa Bisri
Witdya Kristanti Utami Putri
Maritania Putri Purnama
Eny Yuli Astuti
Rifai Marlaut
Angelica Melani Putri
Sandi Marahul M
Untuk Order buku ini bisa hubungi di Line : elfiragustin21, Instragram : elfiragustin21
Kumpulan cerpen ini telah masuk di kalangan artis lhoo di Michelleziu dan Rizky Nazar pemain ILY From 38.000 FT. Masih penasaran ceritanya? Silahkan langsung order semuanya ya :) Jangan sampai kehabisan. Tunggu karya dari saya Elfira Agustin selanjutnya dan ikuti terus blog saya ini.. Terima Kasih sobat :)

Rabu, 13 Juli 2016

Kumpulan cerita mimpi 2016


Katakanlah Mimpimu
Elfira Agustin
Lelah menjalani hari yang sama, hari hari yang terulang. Orang orang dewasa dan orang tuaku terus menanamkan mimpi yang terbatas untukku. Karier nomor satu di masa depan adalah bekerja di pemerintah? Ini bukan pemaksaan untuk mimpi. Melempar bola dengan cepat kearah pembuangan waktu yang di gunakan untuk sesi belajar malam. Memberontak terhadap masyarakat neraka, mimpi adalah pengampunan khusus. Tanyakan kepada dirimu sendiri tentang impianmu. Menjadi subjek utama dalam hidupmu yang selalu di tekan. Bagaimana dirimu yang kau impikan? Siapa yang kau lihat di cermin? Aku harus mengatakan. Pergilah melalui jalanmu, bahkan jika kau hanya hidup untuk satu hari. Lakukan sesuatu, buang semua kelemahanmu.
Tiga belas tahun yang lalu. Firdaus terlahir dari dalam Rahim ibunya. Ini sangat memprihatinkan. Ketika dia terlahir di dunia, tak dapat berkata. Dia terlahir dengan keadaan cacat dan kekurangannya.
Satu tahun yang lalu. Firdaus akan memasuki sekolah menengah pertama. Ibunya yang menyayanginya, sangat membanggakannya. Namun, sang ayah berbeda dengan ibu. Ayah selalu menyukai dan menyayangi anak dari saudaranya. Firdaus yang dibanggakan kini tak seperti dugaan ibu dan apalagi sang ayah. Firdaus tidak bisa memasuki sekolah negeri karena nilainya yang minim. Sedangkan anak kebanggaan ayah dapat masuk ke sekolah negeri kawasan sekolah menengah pertama negeri tiga. Ayah tidak mau menyekolahkanku, jika aku tidak bisa masuk negeri. Aku sempat menangis. Tetapi ibu yang tak mau anaknya berhenti untuk bermimpi. Maka, ibu berkerja keras untuk membiayai sekolahku. Hal ini membuat ayah membencinya. Bukan benci tetapi ayah tidak pernah peduli denganku. Ayah lebih mementingkan anak orang lain dari pada anaknya. Memang aku mempunyai kelemahan. Aku tidak sama seperti anak-anak yang lain. Ini adalah kekuranganku yang membuatku semakin lemah.
Hari kebanggaan untuk Firdaus! Nilai ulangannya kali ini paling terbaik di kelasnya. Firdaus segera pulang ke rumah dan menunjukan kepada ayah dan ibunya. Ibunya sangat bangga sekali dengannya. Namun, sang ayah selalu membuatnya kecewa. Ayah berkata kepadaku saat aku menunjukannya kepadanya tentang nilaiku.
“Kamu kan sekolah swasta, pantas saja jika nilaimu bagus. Karena anak swasta itu berbeda dengan anak negeri,” ucap ayahnya.
Kenapa semua orang selalu berpikir, jika sekolah swasta itu selalu di pandang buruk olehnya. Karena sekolah swasta lebih banyak anak nakalnya. Tetapi menurut penglihatanku sekolah swasta dan negeri itu juga sama. Semua sekolah ada anak nakalnya dan itu tergantung pada kitanya saja terpengaruh atau tidaknya. Sekolah swasta bayar dan sekolah negri pasti tidak semuanya gratis. Mungkin hanya fasilitaslah yang membedakannya. Dan untuk sukses tidaknya seorang anak itu tergantung kita bisa menerima ilmu yang di sampaikan guru kepada kita tidak?
Dikediamannya di dalam kamar sederhananya dia menangis walau tak terdengar. Dia sedih tak mempunyai kasih sayang kedua orang tuanya dengan lengkap. Dia ingin sekali berkata walaupun dia tak dapat berkata kepadanya.
“Aku anak siapa? Kenapa orang orang di sekitarku mereka terlihat tidak suka denganku? Apa aku bukan anak mereka? Kenapa ayah lebih sayang anak orang lain dari pada aku? Apa benar ayah bukan ayah kandungku? Lalu siapa ayah kandungku?” pertanyaan ini selalu menghantuiku dalam pikirku.
“Nak, kamu kenapa kok sedih gitu? Apa kamu memikirkan ayah?” tanya ibu yang menghampiriku.
Firdaus segera mengambil sebuah buku dan pensil.
“Ibu, sebenarnya ayah Firdaus siapa? Kenapa ayah tidak menyukai Firdaus? Kenapa ayah selalu memuji dia yang bukan anaknya? Kenapa bu?” tanya Firdaus yang di tulisnya di buku.
“Nak, ayah adalah ayah kandung kamu. Jadi, kamu jangan pernah berpikiran ayah itu bukan ayah kandung kamu ya. Mungkin ayah tidak mau memanjakan anaknya. Ayah ingin kamu bisa sukses melawan semua kelemahanmu. Ingan dulu ibu mengandungmu 9 bulan dan ketika kamu di lahirkan kamu tidak menangis. Ayah sempat khawatir jika kamu tidak selamat. Karena kamu terdiam dan tertidur pulas. Tetapi dokter berkata jika kamu terlahir dengan kekurangan. Ayah sedih dan menangis saat itu. Dia yang memberi namamu Firdaus. Agar kelak kamu menjadi anak sukses dimasa depan itu harapan ayah,” jelas ibu.
Firdaus dapat memahaminya dan dia menunjukan sesuatu pada buku gambarnya. Seorang anak, ibu dan ayah yang hidup bahagia dan saling menyayangi. Itulah keinginan Firdaus dia ingin mempunyai keluarga seperti teman-temannya yang selalu di perhatikan. Saat, ini di dalam masa hidupnya tidak ada percakapan antara Firdaus dan ayahnya. Mereka seperti orang lain yang tak saling mengenal. Seperti batasan jarak dan waktu. Entah sampai kapan akan berdiam diri seperti ini? Semua anak pasti menginginkan kasih sayang dan dukungan dari kedua orang tuanya. Namun, tidak dengannya dia masih bersyukur dapat melihat kedua orang tuanya bernafas. Dia berharap agar kelak dia akan memahami ayahnya.
Kini Firdaus telah beranjak besar. Tiada kata dan perbincangan diantara anak dan ayah. Dia memutuskan untuk berpamitan dan meminta ijin kepada kedua orang tuanya. Firdaus ingin pergi merantau ke Jakarta untuk mencari hidup yang sesungguhnya. Firdaus ingin berkerja keras, mencari ilmu, mengejar mimpinya untuk menjadi seorang lelaki yang tangguh dan kuliah di Jakarta. Dia ingin mandiri dan membiayai hidupnya sendiri tanpa merepotkan orang tuanya. Pada suatu malam, Firdaus pergi meninggalkan rumah dengan meninggalkan sepucuk surat.




Dear, Ibu Ayah
Maafkan Firdaus yang telah menyusahkan kalian sejak lahir. Firdaus hanya menginginkan kasih sayang kalian dan tidak lebih. Firdaus hanya ingin kelengkapan keluarga kita. Arti keluarga sesungguhnya. Firdaus ingin doa restu kalian, yah bu. Firdaus akan merantau ke Jakarta untuk mencari hidup yang sesungguhnya. Firdaus ingin mengenal dunia luar. Firdaus tidak ingin menjadi anak manja yang selalu merepotkan kalian. Ayah, jaga ibu baik-baik. Firdaus janji, Jika Firdaus menjadi orang sukses, Firdaus akan kembali kerumah untuk Ayah dan Ibu. Maafkan Firdaus yah, bu.
Firdaus
Sampai pada Jakarta, dia segera mencari sebuah penginapan untuk tempat istirahatnya sejenak. Perjuangannya telah dimulai dengan niat dan tekadnya adalah awal dari kesuksesannya. Anak indigo yang mempunyai imajinasi yang luas. Firdaus berkerja di sebuah kesenian lukis di Jakarta. Sejak kecil, dia suka sekali melukis. Lukisannya berhasil di pamerkan dan terjual dengan harga yang sangat mahal. Dan ini dapat membiayai kuliahnya di Institut Kesenian Jakarta. Dia mengambil bidang seni lukis. Kemahirannya dalam melukis adalah masa depannya. Hingga suatu hari dia bisa membangun rumah di Jakarta dan memiliki satu mobil. Semua ini dilakukannya untuk ayah dan ibunya.
Tidak terasa sudah tiga Tahun dia meninggalkan ayah dan ibunya tanpa kabar. Rasa kangen itu ada, hingga dia menangis di suatu malam. Kapan aku dapat bertemu mereka? Dalan perjuangannya tiga tahun tidak sia-sia membuahkan hasil terindah. Ya, ini adalah hal yang tepat. Firdaus ingin menjemput ayah dan ibunya untuk tinggal bersamanya di Jakarta. Dia segera menjemputnya di desa.
“Tok.. Tok.. Tok.., Tok.. Tok.. Tok..,” satu dua tiga kali dia mengetuk pintu rumahnya namun tak ada yang membukanya. Kemana ibu dan ayah? Firdaus membuka pintu rumahnya yang tak terkunci. Seisi rumah kosong!
“Ayah, ibu kalian dimana?” teriaknya taka da seorang pun yang mendengar.
“Firdaus, kamu sudah besar nak, kamu pasti mencari ayah dan ibumu ya? Mereka sudah tidak tinggal di sini. Katanya sih, ibu kamu sakit. Dia mencarimu, hingga dia menjadi stress dan gila. Lalu dia pergi bersama ayahmu, karena rumah ini telah di kosongkan oleh juragan ikan atas utang ibumu yang di buat untuk biaya sekolahmu dulu,” jelas seorang ibu di desa itu dia adalah bibi inem.
“Ibu, ayah,” lirihnya dalam batinnya.
Tetesan air mata pun mengalir membasahi wajahnya. Dia tidak tau lagi apa yang harus di lakukanya. Firdaus akan segera pergi dan berlari mencarinya. Hingga ke ujung pulau semerang pun dia akan mencarinya.
“Aku harus mencari ibu dan ayah. Kemana kalian berada? Firdaus kangen yah, bu. Jangan tinggalkan Firdaus,” batinnya. Dia mencari di sekeliling desa hingga ke kota-kota terdekat.
“Teddddd...,”
“Asstagfirullah,” batinnya segeralah turun dari mobil dan melihat siapa yang telah hamper di tabraknya.
“Ibu, Ayah,” Teriaknya dalam hatinya. Sangat senang sekali akhirnya dia dapat menemukan ibu dan ayahnya. Dia sedih melihat kondisi ibu.
“Anakku, anakku kau kembali, yeee,” sorak ibu yang bertingkah laku aneh.
Ayah pun shock melihatku dengan mobilku. Firdaus pun mengajak ayah dan ibu untuk masuk kedalam mobil dan membawanya di rumahnya. Segeralah dia menjelaskan kepada ayahnya. Dia mengambil sebuah kertas dan bulpoin.
“Yah ada apa yang sebenarnya terjadi dengan ibu dan ayah. Maafkan Firdaus yah yang telah pergi tanpa kabar. Firdaus hanya ingin membuktikannya kepada ayah. Sekarang Firdaus sudah menjadi seperti yang ayah inginkan. Maukah ayah tinggal bersama Firdaus di Jakarta di tempat baru kita yah, Firdaus janji akan mengobati ibu hingga sembuh, Firdaus rindu kalian,” Tulisnya dan di kasihnya kepada sang Ayah.
Ayah pun membaca tulisannya. Dia sangat senang melihatnya. Akhirnya dia tau arti dari semua ini.
“Nak, maafkan ayah. Jika dulu ayah bersikap itu kepadamu. Karena ayah ingin kamu menjadi orang yang ayah lihat ini. Ayah bangga kepada kamu. Ibu sakit dan mengalami gangguan strees tapi dia masih bisa di sembuhkan jika bertemu dengan kamu. Ayah ingin kamu bisa menyembuhkan ibumu. Ayah tidak menginginkan banyak darimu. Ayah hanya menginginkan kamu sukses nak seperti sekarang,” jelas ayah kepadaku.
Aku senang ayah akhirnya berbicara kepadaku. Ayah mengatakannya setelah bertahun tahun aku menunggunya dan sangat menginginkan suasana keluarga yang sesungguhnya. Inilah mimpiku bahagia hidup dengannya. Dari segala pelajaran yang aku petik menempuh perjalanan hidupku adalah sebuah kesabaran dan usaha. Aku bersabar menunggu hingga waktunya ayah akan berbicara kepadaku. Aku akan terus berusaha untuk menjadi yang terbaik seperti yang ayah inginkan.
Hidup itu perlu di pahami dan di maknai artinya. Jika kita tidak mempunyai tujuan dari hidup. Maka, masa depan pun akan suram. Mimpi adalah sebuah harapan menuju masa depan. Katakanlah kepada dunia tentang mimpi mimpimu. Lihat lah dari balik cermin di sana mimpimu akan tergambar. Jangan pernah merasa takut. Mungkin kekurangan yang membuat kita lemah. Mungkin kau lelah. Lawanlah dengan semua keberanianmu dan kelebihan yang kau punya itu akan menyempurnakanmu walau kau bukanlah yang sempurna dari segalanya. Hanya ada satu pilihan dalam hidup maju atau mundur. Dan kau akan menemukan arti mimpi dan hidup sesungguhnya yang kau cari. Katakanlah kepadanya “Sang Mimpi”.

Follow ig : elfiragustin21, elfiragustin_
Twitter : @elfiragustin21
Happy reading dan ikuti terus ya cerita-cerita aku ^_^

Kumpulan cerita mimpi 2016


Katakanlah Mimpimu
Elfira Agustin

Lelah menjalani hari yang sama, hari hari yang terulang. Orang orang dewasa dan orang tuaku terus menanamkan mimpi yang terbatas untukku. Karier nomor satu di masa depan adalah bekerja di pemerintah? Ini bukan pemaksaan untuk mimpi. Melempar bola dengan cepat kearah pembuangan waktu yang di gunakan untuk sesi belajar malam. Memberontak terhadap masyarakat neraka, mimpi adalah pengampunan khusus. Tanyakan kepada dirimu sendiri tentang impianmu. Menjadi subjek utama dalam hidupmu yang selalu di tekan. Bagaimana dirimu yang kau impikan? Siapa yang kau lihat di cermin? Aku harus mengatakan. Pergilah melalui jalanmu, bahkan jika kau hanya hidup untuk satu hari. Lakukan sesuatu, buang semua kelemahanmu.
Tiga belas tahun yang lalu. Firdaus terlahir dari dalam Rahim ibunya. Ini sangat memprihatinkan. Ketika dia terlahir di dunia, tak dapat berkata. Dia terlahir dengan keadaan cacat dan kekurangannya.
Satu tahun yang lalu. Firdaus akan memasuki sekolah menengah pertama. Ibunya yang menyayanginya, sangat membanggakannya. Namun, sang ayah berbeda dengan ibu. Ayah selalu menyukai dan menyayangi anak dari saudaranya. Firdaus yang dibanggakan kini tak seperti dugaan ibu dan apalagi sang ayah. Firdaus tidak bisa memasuki sekolah negeri karena nilainya yang minim. Sedangkan anak kebanggaan ayah dapat masuk ke sekolah negeri kawasan sekolah menengah pertama negeri tiga. Ayah tidak mau menyekolahkanku, jika aku tidak bisa masuk negeri. Aku sempat menangis. Tetapi ibu yang tak mau anaknya berhenti untuk bermimpi. Maka, ibu berkerja keras untuk membiayai sekolahku. Hal ini membuat ayah membencinya. Bukan benci tetapi ayah tidak pernah peduli denganku. Ayah lebih mementingkan anak orang lain dari pada anaknya. Memang aku mempunyai kelemahan. Aku tidak sama seperti anak-anak yang lain. Ini adalah kekuranganku yang membuatku semakin lemah.
Hari kebanggaan untuk Firdaus! Nilai ulangannya kali ini paling terbaik di kelasnya. Firdaus segera pulang ke rumah dan menunjukan kepada ayah dan ibunya. Ibunya sangat bangga sekali dengannya. Namun, sang ayah selalu membuatnya kecewa. Ayah berkata kepadaku saat aku menunjukannya kepadanya tentang nilaiku.
“Kamu kan sekolah swasta, pantas saja jika nilaimu bagus. Karena anak swasta itu berbeda dengan anak negeri,” ucap ayahnya.
Kenapa semua orang selalu berpikir, jika sekolah swasta itu selalu di pandang buruk olehnya. Karena sekolah swasta lebih banyak anak nakalnya. Tetapi menurut penglihatanku sekolah swasta dan negeri itu juga sama. Semua sekolah ada anak nakalnya dan itu tergantung pada kitanya saja terpengaruh atau tidaknya. Sekolah swasta bayar dan sekolah negri pasti tidak semuanya gratis. Mungkin hanya fasilitaslah yang membedakannya. Dan untuk sukses tidaknya seorang anak itu tergantung kita bisa menerima ilmu yang di sampaikan guru kepada kita tidak?
Dikediamannya di dalam kamar sederhananya dia menangis walau tak terdengar. Dia sedih tak mempunyai kasih sayang kedua orang tuanya dengan lengkap. Dia ingin sekali berkata walaupun dia tak dapat berkata kepadanya.
“Aku anak siapa? Kenapa orang orang di sekitarku mereka terlihat tidak suka denganku? Apa aku bukan anak mereka? Kenapa ayah lebih sayang anak orang lain dari pada aku? Apa benar ayah bukan ayah kandungku? Lalu siapa ayah kandungku?” pertanyaan ini selalu menghantuiku dalam pikirku.
“Nak, kamu kenapa kok sedih gitu? Apa kamu memikirkan ayah?” tanya ibu yang menghampiriku.
Firdaus segera mengambil sebuah buku dan pensil.
“Ibu, sebenarnya ayah Firdaus siapa? Kenapa ayah tidak menyukai Firdaus? Kenapa ayah selalu memuji dia yang bukan anaknya? Kenapa bu?” tanya Firdaus yang di tulisnya di buku.
“Nak, ayah adalah ayah kandung kamu. Jadi, kamu jangan pernah berpikiran ayah itu bukan ayah kandung kamu ya. Mungkin ayah tidak mau memanjakan anaknya. Ayah ingin kamu bisa sukses melawan semua kelemahanmu. Ingan dulu ibu mengandungmu 9 bulan dan ketika kamu di lahirkan kamu tidak menangis. Ayah sempat khawatir jika kamu tidak selamat. Karena kamu terdiam dan tertidur pulas. Tetapi dokter berkata jika kamu terlahir dengan kekurangan. Ayah sedih dan menangis saat itu. Dia yang memberi namamu Firdaus. Agar kelak kamu menjadi anak sukses dimasa depan itu harapan ayah,” jelas ibu.
Firdaus dapat memahaminya dan dia menunjukan sesuatu pada buku gambarnya. Seorang anak, ibu dan ayah yang hidup bahagia dan saling menyayangi. Itulah keinginan Firdaus dia ingin mempunyai keluarga seperti teman-temannya yang selalu di perhatikan. Saat, ini di dalam masa hidupnya tidak ada percakapan antara Firdaus dan ayahnya. Mereka seperti orang lain yang tak saling mengenal. Seperti batasan jarak dan waktu. Entah sampai kapan akan berdiam diri seperti ini? Semua anak pasti menginginkan kasih sayang dan dukungan dari kedua orang tuanya. Namun, tidak dengannya dia masih bersyukur dapat melihat kedua orang tuanya bernafas. Dia berharap agar kelak dia akan memahami ayahnya.
Kini Firdaus telah beranjak besar. Tiada kata dan perbincangan diantara anak dan ayah. Dia memutuskan untuk berpamitan dan meminta ijin kepada kedua orang tuanya. Firdaus ingin pergi merantau ke Jakarta untuk mencari hidup yang sesungguhnya. Firdaus ingin berkerja keras, mencari ilmu, mengejar mimpinya untuk menjadi seorang lelaki yang tangguh dan kuliah di Jakarta. Dia ingin mandiri dan membiayai hidupnya sendiri tanpa merepotkan orang tuanya. Pada suatu malam, Firdaus pergi meninggalkan rumah dengan meninggalkan sepucuk surat.




Dear, Ibu Ayah
Maafkan Firdaus yang telah menyusahkan kalian sejak lahir. Firdaus hanya menginginkan kasih sayang kalian dan tidak lebih. Firdaus hanya ingin kelengkapan keluarga kita. Arti keluarga sesungguhnya. Firdaus ingin doa restu kalian, yah bu. Firdaus akan merantau ke Jakarta untuk mencari hidup yang sesungguhnya. Firdaus ingin mengenal dunia luar. Firdaus tidak ingin menjadi anak manja yang selalu merepotkan kalian. Ayah, jaga ibu baik-baik. Firdaus janji, Jika Firdaus menjadi orang sukses, Firdaus akan kembali kerumah untuk Ayah dan Ibu. Maafkan Firdaus yah, bu.
Firdaus
Sampai pada Jakarta, dia segera mencari sebuah penginapan untuk tempat istirahatnya sejenak. Perjuangannya telah dimulai dengan niat dan tekadnya adalah awal dari kesuksesannya. Anak indigo yang mempunyai imajinasi yang luas. Firdaus berkerja di sebuah kesenian lukis di Jakarta. Sejak kecil, dia suka sekali melukis. Lukisannya berhasil di pamerkan dan terjual dengan harga yang sangat mahal. Dan ini dapat membiayai kuliahnya di Institut Kesenian Jakarta. Dia mengambil bidang seni lukis. Kemahirannya dalam melukis adalah masa depannya. Hingga suatu hari dia bisa membangun rumah di Jakarta dan memiliki satu mobil. Semua ini dilakukannya untuk ayah dan ibunya.
Tidak terasa sudah tiga Tahun dia meninggalkan ayah dan ibunya tanpa kabar. Rasa kangen itu ada, hingga dia menangis di suatu malam. Kapan aku dapat bertemu mereka? Dalan perjuangannya tiga tahun tidak sia-sia membuahkan hasil terindah. Ya, ini adalah hal yang tepat. Firdaus ingin menjemput ayah dan ibunya untuk tinggal bersamanya di Jakarta. Dia segera menjemputnya di desa.
“Tok.. Tok.. Tok.., Tok.. Tok.. Tok..,” satu dua tiga kali dia mengetuk pintu rumahnya namun tak ada yang membukanya. Kemana ibu dan ayah? Firdaus membuka pintu rumahnya yang tak terkunci. Seisi rumah kosong!
“Ayah, ibu kalian dimana?” teriaknya taka da seorang pun yang mendengar.
“Firdaus, kamu sudah besar nak, kamu pasti mencari ayah dan ibumu ya? Mereka sudah tidak tinggal di sini. Katanya sih, ibu kamu sakit. Dia mencarimu, hingga dia menjadi stress dan gila. Lalu dia pergi bersama ayahmu, karena rumah ini telah di kosongkan oleh juragan ikan atas utang ibumu yang di buat untuk biaya sekolahmu dulu,” jelas seorang ibu di desa itu dia adalah bibi inem.
“Ibu, ayah,” lirihnya dalam batinnya.
Tetesan air mata pun mengalir membasahi wajahnya. Dia tidak tau lagi apa yang harus di lakukanya. Firdaus akan segera pergi dan berlari mencarinya. Hingga ke ujung pulau semerang pun dia akan mencarinya.
“Aku harus mencari ibu dan ayah. Kemana kalian berada? Firdaus kangen yah, bu. Jangan tinggalkan Firdaus,” batinnya. Dia mencari di sekeliling desa hingga ke kota-kota terdekat.
“Teddddd...,”
“Asstagfirullah,” batinnya segeralah turun dari mobil dan melihat siapa yang telah hamper di tabraknya.
“Ibu, Ayah,” Teriaknya dalam hatinya. Sangat senang sekali akhirnya dia dapat menemukan ibu dan ayahnya. Dia sedih melihat kondisi ibu.
“Anakku, anakku kau kembali, yeee,” sorak ibu yang bertingkah laku aneh.
Ayah pun shock melihatku dengan mobilku. Firdaus pun mengajak ayah dan ibu untuk masuk kedalam mobil dan membawanya di rumahnya. Segeralah dia menjelaskan kepada ayahnya. Dia mengambil sebuah kertas dan bulpoin.
“Yah ada apa yang sebenarnya terjadi dengan ibu dan ayah. Maafkan Firdaus yah yang telah pergi tanpa kabar. Firdaus hanya ingin membuktikannya kepada ayah. Sekarang Firdaus sudah menjadi seperti yang ayah inginkan. Maukah ayah tinggal bersama Firdaus di Jakarta di tempat baru kita yah, Firdaus janji akan mengobati ibu hingga sembuh, Firdaus rindu kalian,” Tulisnya dan di kasihnya kepada sang Ayah.
Ayah pun membaca tulisannya. Dia sangat senang melihatnya. Akhirnya dia tau arti dari semua ini.
“Nak, maafkan ayah. Jika dulu ayah bersikap itu kepadamu. Karena ayah ingin kamu menjadi orang yang ayah lihat ini. Ayah bangga kepada kamu. Ibu sakit dan mengalami gangguan strees tapi dia masih bisa di sembuhkan jika bertemu dengan kamu. Ayah ingin kamu bisa menyembuhkan ibumu. Ayah tidak menginginkan banyak darimu. Ayah hanya menginginkan kamu sukses nak seperti sekarang,” jelas ayah kepadaku.
Aku senang ayah akhirnya berbicara kepadaku. Ayah mengatakannya setelah bertahun tahun aku menunggunya dan sangat menginginkan suasana keluarga yang sesungguhnya. Inilah mimpiku bahagia hidup dengannya. Dari segala pelajaran yang aku petik menempuh perjalanan hidupku adalah sebuah kesabaran dan usaha. Aku bersabar menunggu hingga waktunya ayah akan berbicara kepadaku. Aku akan terus berusaha untuk menjadi yang terbaik seperti yang ayah inginkan.
Hidup itu perlu di pahami dan di maknai artinya. Jika kita tidak mempunyai tujuan dari hidup. Maka, masa depan pun akan suram. Mimpi adalah sebuah harapan menuju masa depan. Katakanlah kepada dunia tentang mimpi mimpimu. Lihat lah dari balik cermin di sana mimpimu akan tergambar. Jangan pernah merasa takut. Mungkin kekurangan yang membuat kita lemah. Mungkin kau lelah. Lawanlah dengan semua keberanianmu dan kelebihan yang kau punya itu akan menyempurnakanmu walau kau bukanlah yang sempurna dari segalanya. Hanya ada satu pilihan dalam hidup maju atau mundur. Dan kau akan menemukan arti mimpi dan hidup sesungguhnya yang kau cari. Katakanlah kepadanya “Sang Mimpi”.

Follow ig : elfiragustin21, elfiragustin_
Twitter : @elfiragustin21
Happy reading dan ikuti terus ya cerita-cerita aku ^_^

Kumpulan cerita mimpi 2016


Katakanlah Mimpimu
Elfira Agustin

Lelah menjalani hari yang sama, hari hari yang terulang. Orang orang dewasa dan orang tuaku terus menanamkan mimpi yang terbatas untukku. Karier nomor satu di masa depan adalah bekerja di pemerintah? Ini bukan pemaksaan untuk mimpi. Melempar bola dengan cepat kearah pembuangan waktu yang di gunakan untuk sesi belajar malam. Memberontak terhadap masyarakat neraka, mimpi adalah pengampunan khusus. Tanyakan kepada dirimu sendiri tentang impianmu. Menjadi subjek utama dalam hidupmu yang selalu di tekan. Bagaimana dirimu yang kau impikan? Siapa yang kau lihat di cermin? Aku harus mengatakan. Pergilah melalui jalanmu, bahkan jika kau hanya hidup untuk satu hari. Lakukan sesuatu, buang semua kelemahanmu.
Tiga belas tahun yang lalu. Firdaus terlahir dari dalam Rahim ibunya. Ini sangat memprihatinkan. Ketika dia terlahir di dunia, tak dapat berkata. Dia terlahir dengan keadaan cacat dan kekurangannya.
Satu tahun yang lalu. Firdaus akan memasuki sekolah menengah pertama. Ibunya yang menyayanginya, sangat membanggakannya. Namun, sang ayah berbeda dengan ibu. Ayah selalu menyukai dan menyayangi anak dari saudaranya. Firdaus yang dibanggakan kini tak seperti dugaan ibu dan apalagi sang ayah. Firdaus tidak bisa memasuki sekolah negeri karena nilainya yang minim. Sedangkan anak kebanggaan ayah dapat masuk ke sekolah negeri kawasan sekolah menengah pertama negeri tiga. Ayah tidak mau menyekolahkanku, jika aku tidak bisa masuk negeri. Aku sempat menangis. Tetapi ibu yang tak mau anaknya berhenti untuk bermimpi. Maka, ibu berkerja keras untuk membiayai sekolahku. Hal ini membuat ayah membencinya. Bukan benci tetapi ayah tidak pernah peduli denganku. Ayah lebih mementingkan anak orang lain dari pada anaknya. Memang aku mempunyai kelemahan. Aku tidak sama seperti anak-anak yang lain. Ini adalah kekuranganku yang membuatku semakin lemah.
Hari kebanggaan untuk Firdaus! Nilai ulangannya kali ini paling terbaik di kelasnya. Firdaus segera pulang ke rumah dan menunjukan kepada ayah dan ibunya. Ibunya sangat bangga sekali dengannya. Namun, sang ayah selalu membuatnya kecewa. Ayah berkata kepadaku saat aku menunjukannya kepadanya tentang nilaiku.
“Kamu kan sekolah swasta, pantas saja jika nilaimu bagus. Karena anak swasta itu berbeda dengan anak negeri,” ucap ayahnya.
Kenapa semua orang selalu berpikir, jika sekolah swasta itu selalu di pandang buruk olehnya. Karena sekolah swasta lebih banyak anak nakalnya. Tetapi menurut penglihatanku sekolah swasta dan negeri itu juga sama. Semua sekolah ada anak nakalnya dan itu tergantung pada kitanya saja terpengaruh atau tidaknya. Sekolah swasta bayar dan sekolah negri pasti tidak semuanya gratis. Mungkin hanya fasilitaslah yang membedakannya. Dan untuk sukses tidaknya seorang anak itu tergantung kita bisa menerima ilmu yang di sampaikan guru kepada kita tidak?
Dikediamannya di dalam kamar sederhananya dia menangis walau tak terdengar. Dia sedih tak mempunyai kasih sayang kedua orang tuanya dengan lengkap. Dia ingin sekali berkata walaupun dia tak dapat berkata kepadanya.
“Aku anak siapa? Kenapa orang orang di sekitarku mereka terlihat tidak suka denganku? Apa aku bukan anak mereka? Kenapa ayah lebih sayang anak orang lain dari pada aku? Apa benar ayah bukan ayah kandungku? Lalu siapa ayah kandungku?” pertanyaan ini selalu menghantuiku dalam pikirku.
“Nak, kamu kenapa kok sedih gitu? Apa kamu memikirkan ayah?” tanya ibu yang menghampiriku.
Firdaus segera mengambil sebuah buku dan pensil.
“Ibu, sebenarnya ayah Firdaus siapa? Kenapa ayah tidak menyukai Firdaus? Kenapa ayah selalu memuji dia yang bukan anaknya? Kenapa bu?” tanya Firdaus yang di tulisnya di buku.
“Nak, ayah adalah ayah kandung kamu. Jadi, kamu jangan pernah berpikiran ayah itu bukan ayah kandung kamu ya. Mungkin ayah tidak mau memanjakan anaknya. Ayah ingin kamu bisa sukses melawan semua kelemahanmu. Ingan dulu ibu mengandungmu 9 bulan dan ketika kamu di lahirkan kamu tidak menangis. Ayah sempat khawatir jika kamu tidak selamat. Karena kamu terdiam dan tertidur pulas. Tetapi dokter berkata jika kamu terlahir dengan kekurangan. Ayah sedih dan menangis saat itu. Dia yang memberi namamu Firdaus. Agar kelak kamu menjadi anak sukses dimasa depan itu harapan ayah,” jelas ibu.
Firdaus dapat memahaminya dan dia menunjukan sesuatu pada buku gambarnya. Seorang anak, ibu dan ayah yang hidup bahagia dan saling menyayangi. Itulah keinginan Firdaus dia ingin mempunyai keluarga seperti teman-temannya yang selalu di perhatikan. Saat, ini di dalam masa hidupnya tidak ada percakapan antara Firdaus dan ayahnya. Mereka seperti orang lain yang tak saling mengenal. Seperti batasan jarak dan waktu. Entah sampai kapan akan berdiam diri seperti ini? Semua anak pasti menginginkan kasih sayang dan dukungan dari kedua orang tuanya. Namun, tidak dengannya dia masih bersyukur dapat melihat kedua orang tuanya bernafas. Dia berharap agar kelak dia akan memahami ayahnya.
Kini Firdaus telah beranjak besar. Tiada kata dan perbincangan diantara anak dan ayah. Dia memutuskan untuk berpamitan dan meminta ijin kepada kedua orang tuanya. Firdaus ingin pergi merantau ke Jakarta untuk mencari hidup yang sesungguhnya. Firdaus ingin berkerja keras, mencari ilmu, mengejar mimpinya untuk menjadi seorang lelaki yang tangguh dan kuliah di Jakarta. Dia ingin mandiri dan membiayai hidupnya sendiri tanpa merepotkan orang tuanya. Pada suatu malam, Firdaus pergi meninggalkan rumah dengan meninggalkan sepucuk surat.




Dear, Ibu Ayah
Maafkan Firdaus yang telah menyusahkan kalian sejak lahir. Firdaus hanya menginginkan kasih sayang kalian dan tidak lebih. Firdaus hanya ingin kelengkapan keluarga kita. Arti keluarga sesungguhnya. Firdaus ingin doa restu kalian, yah bu. Firdaus akan merantau ke Jakarta untuk mencari hidup yang sesungguhnya. Firdaus ingin mengenal dunia luar. Firdaus tidak ingin menjadi anak manja yang selalu merepotkan kalian. Ayah, jaga ibu baik-baik. Firdaus janji, Jika Firdaus menjadi orang sukses, Firdaus akan kembali kerumah untuk Ayah dan Ibu. Maafkan Firdaus yah, bu.
Firdaus
Sampai pada Jakarta, dia segera mencari sebuah penginapan untuk tempat istirahatnya sejenak. Perjuangannya telah dimulai dengan niat dan tekadnya adalah awal dari kesuksesannya. Anak indigo yang mempunyai imajinasi yang luas. Firdaus berkerja di sebuah kesenian lukis di Jakarta. Sejak kecil, dia suka sekali melukis. Lukisannya berhasil di pamerkan dan terjual dengan harga yang sangat mahal. Dan ini dapat membiayai kuliahnya di Institut Kesenian Jakarta. Dia mengambil bidang seni lukis. Kemahirannya dalam melukis adalah masa depannya. Hingga suatu hari dia bisa membangun rumah di Jakarta dan memiliki satu mobil. Semua ini dilakukannya untuk ayah dan ibunya.
Tidak terasa sudah tiga Tahun dia meninggalkan ayah dan ibunya tanpa kabar. Rasa kangen itu ada, hingga dia menangis di suatu malam. Kapan aku dapat bertemu mereka? Dalan perjuangannya tiga tahun tidak sia-sia membuahkan hasil terindah. Ya, ini adalah hal yang tepat. Firdaus ingin menjemput ayah dan ibunya untuk tinggal bersamanya di Jakarta. Dia segera menjemputnya di desa.
“Tok.. Tok.. Tok.., Tok.. Tok.. Tok..,” satu dua tiga kali dia mengetuk pintu rumahnya namun tak ada yang membukanya. Kemana ibu dan ayah? Firdaus membuka pintu rumahnya yang tak terkunci. Seisi rumah kosong!
“Ayah, ibu kalian dimana?” teriaknya taka da seorang pun yang mendengar.
“Firdaus, kamu sudah besar nak, kamu pasti mencari ayah dan ibumu ya? Mereka sudah tidak tinggal di sini. Katanya sih, ibu kamu sakit. Dia mencarimu, hingga dia menjadi stress dan gila. Lalu dia pergi bersama ayahmu, karena rumah ini telah di kosongkan oleh juragan ikan atas utang ibumu yang di buat untuk biaya sekolahmu dulu,” jelas seorang ibu di desa itu dia adalah bibi inem.
“Ibu, ayah,” lirihnya dalam batinnya.
Tetesan air mata pun mengalir membasahi wajahnya. Dia tidak tau lagi apa yang harus di lakukanya. Firdaus akan segera pergi dan berlari mencarinya. Hingga ke ujung pulau semerang pun dia akan mencarinya.
“Aku harus mencari ibu dan ayah. Kemana kalian berada? Firdaus kangen yah, bu. Jangan tinggalkan Firdaus,” batinnya. Dia mencari di sekeliling desa hingga ke kota-kota terdekat.
“Teddddd...,”
“Asstagfirullah,” batinnya segeralah turun dari mobil dan melihat siapa yang telah hamper di tabraknya.
“Ibu, Ayah,” Teriaknya dalam hatinya. Sangat senang sekali akhirnya dia dapat menemukan ibu dan ayahnya. Dia sedih melihat kondisi ibu.
“Anakku, anakku kau kembali, yeee,” sorak ibu yang bertingkah laku aneh.
Ayah pun shock melihatku dengan mobilku. Firdaus pun mengajak ayah dan ibu untuk masuk kedalam mobil dan membawanya di rumahnya. Segeralah dia menjelaskan kepada ayahnya. Dia mengambil sebuah kertas dan bulpoin.
“Yah ada apa yang sebenarnya terjadi dengan ibu dan ayah. Maafkan Firdaus yah yang telah pergi tanpa kabar. Firdaus hanya ingin membuktikannya kepada ayah. Sekarang Firdaus sudah menjadi seperti yang ayah inginkan. Maukah ayah tinggal bersama Firdaus di Jakarta di tempat baru kita yah, Firdaus janji akan mengobati ibu hingga sembuh, Firdaus rindu kalian,” Tulisnya dan di kasihnya kepada sang Ayah.
Ayah pun membaca tulisannya. Dia sangat senang melihatnya. Akhirnya dia tau arti dari semua ini.
“Nak, maafkan ayah. Jika dulu ayah bersikap itu kepadamu. Karena ayah ingin kamu menjadi orang yang ayah lihat ini. Ayah bangga kepada kamu. Ibu sakit dan mengalami gangguan strees tapi dia masih bisa di sembuhkan jika bertemu dengan kamu. Ayah ingin kamu bisa menyembuhkan ibumu. Ayah tidak menginginkan banyak darimu. Ayah hanya menginginkan kamu sukses nak seperti sekarang,” jelas ayah kepadaku.
Aku senang ayah akhirnya berbicara kepadaku. Ayah mengatakannya setelah bertahun tahun aku menunggunya dan sangat menginginkan suasana keluarga yang sesungguhnya. Inilah mimpiku bahagia hidup dengannya. Dari segala pelajaran yang aku petik menempuh perjalanan hidupku adalah sebuah kesabaran dan usaha. Aku bersabar menunggu hingga waktunya ayah akan berbicara kepadaku. Aku akan terus berusaha untuk menjadi yang terbaik seperti yang ayah inginkan.
Hidup itu perlu di pahami dan di maknai artinya. Jika kita tidak mempunyai tujuan dari hidup. Maka, masa depan pun akan suram. Mimpi adalah sebuah harapan menuju masa depan. Katakanlah kepada dunia tentang mimpi mimpimu. Lihat lah dari balik cermin di sana mimpimu akan tergambar. Jangan pernah merasa takut. Mungkin kekurangan yang membuat kita lemah. Mungkin kau lelah. Lawanlah dengan semua keberanianmu dan kelebihan yang kau punya itu akan menyempurnakanmu walau kau bukanlah yang sempurna dari segalanya. Hanya ada satu pilihan dalam hidup maju atau mundur. Dan kau akan menemukan arti mimpi dan hidup sesungguhnya yang kau cari. Katakanlah kepadanya “Sang Mimpi”.

Follow ig : elfiragustin21, elfiragustin_
Twitter : @elfiragustin21
Happy reading dan ikuti terus ya cerita-cerita aku ^_^

Selasa, 28 Juni 2016

Cerpen Cinta 2016


Mencintai Bukan Untuk Dicintai
Elfira Agustin

            Di sebuah kamar sederhana yang menyimpan banyak cerita untuk seorang wanita tempat dia bertahta. Kamar adalah sebuah objeck pertama untuk seorang wanita dalam memilih sebagai tempat menyendiri. Berawal dari hujan dengan suara rintik-rintiknya membawa diri seorang wanita terluka hingga membasahi seluruh tubuhnya. Alunan musik yang berputar menghiasi malam yang berpeluk rindu. Dalam doa ku menginginkannya bukan untuk di cinta.
            Aku bukanlah wanita yang sama seperti mereka yang mudah jatuh cinta oleh seorang pria. Aku terlalu mencintainya sampai aku sadar cinta itu membawa luka. Tapi yang aku tau cinta itu adalah anugerah yang datang dalam jiwa. Itu menjadi alasan kalau cinta itu indah saat mereka merasa bahagia.
            Sampai suatu hari aku menemukan jalan untuk bertahta. Pertemuan yang terjadi di sebuah ruangan yang ramai dengan awal percakapan yang konyol. Pria itu telah membuka mataku, bahwa tidak semua pria sepertinya. Karena dengan karakternya mengenal seorang wanita di hadapannya. Dihatiku berkata, “Akankah aku mengenal cinta? Akankah aku mampu membukakan hatiku untuk orang lain?” pertanyaan itu yang tanpa arti tak pernah terjawabkan olehku. Hanya dentingan waktu yang mampu menjawabnya.
            Seolah aku telah lupa akan hari-hari yang tak terbiasa melintas. Hari itu, ini, besok dan selanjutnya hingga cinta itu tau dimana arah jalan pulangnya. Mungkin cintaku tersesat pada jalan yang kelam. Sampai aku lupa oleh canda tawanya sebuah persahabatan yang masih utuh dan selamanya akan selalu ada.
            Pertemuan itu memulai kembali percakapan yang membosankan. Chatting dengan adanya sebuah topik tanpa terpikirkan kata-kata. Hingga kita mampu mengenal satu sama lain. Berawal dari pergaulan yang memberanikanku untuk mulai mengenalnya. Di kala wajahnya terlintas dengan senyuman indah. Sapaan manjanya yang membuatku terpanah. Tatapan matanya setajam pisau. Bibirnya yang memudarkan sajak-sajak aku ingin berpuisi. Jejaknya yang selalu ku kenang bersama memori pertemuan singkat ini.
            Sampai aku berharap tiada ujung hentinya kita di pertemukan oleh satu titik topik. Rayuannya yang membuatku meleleh. Genggamannya seakan tak mau kehilangan. Mungkin aku mengenal hujan yang berjatuhan dengan pelangi siang sebagai wadah cinta yang mulai bergairah. Sampai pada akhirnya aku bertanya kembali dari dalam hatiku yang amat dalam, “Apakah aku dapat membuka hati untuk seorang pria yang mampu membuatku jatuh hati? Apakah cinta itu berada pada orang yang benar?” Cinta tak pernah salah ataupun benar. Karena cinta hanyalah anugerah yang datang dari jiwa yang tulus.
            “Apakah aku berdosa telah mencintainya diam-diam,” pertanyaan itu muncul lagi ketika aku mengingat bahwa sebagian besar cintaku semata hanya  untuk Allah swt. Katika bibir tak mampu berkata, hanya doa yang menjelma. Ketika bibir telah lelah untuk mengataknya, hanya tulisan indahku yang menjadi sebuah kenangan kita. Ketika seseorang menginginkan sebuah tokoh di novel. Tapi karakter mereka yang telah di pilihkan dan bukan memilih. Karena ketika kita di pilihkan selalu ada kata tidak akan bisa mencintai bila cinta tidak dari kedua hati yang saling menumbuhkan hati.
            Sampai suatu ketika ayah berkata kepadaku, “Apakah kamu sudah punya pacar? Siapa pacarmu? Siapa orang yang kau cintai? Kenalkan kepada ayah,” Mendengarnya membuatku terdiam. Tak menjawabnya, hanya dengan senyuman yang mampu ku pancarkan untuk lelaki hebat sepertinya. Yang selalu ada dalam setiap langkahku berpijar, yang selalu menjadi pelukku saat tetesan air mata membasahi seluruh tubuhku. Dia adalah lelaki terhebat dalam hidupku, Ayah.
            Petikan gitarmu yang mengawali getaran hatiku. Suara indahmu yang selalu ku dengar. Alunan musikmu yang sering ku putar. Menunggu sebuah ponsel balasan darimu, sampai semuanya hanya menjadi angan-angan mimpi. Dan semua tentangmu masih ku ingat di hati. Tatapan matamu seolah mengawali sebuah cerita kita saat itu. Satu, dua, tiga, bulan bahkan setelah satu tahun aku telah mengenalmu cukup jauh. Hingga diam-diam aku melihat semua akun sosmedmu.
            Semua sosmedmu ingin rasanya ku pegang. Kenyataannya aku menemukan masa-masa kecilmu yang amat lucu dan menggemaskan. Tapi kamu tak pernah mengetahuinya. Perempuan yang mempunyai cinta yang tulus itu tak pernah mengungkapkannya kepadamu. Apa karena gengsi diantara kita? Mencintai diam-diam bukan untuk dicintai walaupun kita tau resikonya. Pasti diantara kita harus terima  jika suatu saat ada yang terluka. Ya, terluka karena hati kita tak dapat memiliki cinta yang suci itu.
            Ku jalani hari-hari sendiri dengan duniaku. Sampai aku tiada ujungnya belajar untuk amesia. Saat ketemu kamu wajahku yang memerah, memendam malu dan rindu yang amat dalam. Sungguh menyakitkan, pria itu hanya bertanya-tanya. Apa yang telah terjadi? Ya, dia benar-benar tidak peka pada lingkungannya. Tapi bukannya tidak peka, pria itu tau. Namun, dia tidak mau jika wanita yang telah di anggapnya sahabat itu akan sakit hati. Jika tau sebenarnya pria itu suka sama temanku sendiri.
            Mendengar kabar tentang itu, aku memutuskan untuk menjauh darinya. Antara malu, dan rasa gengsi yang amat besar bagi wanita sepertiku untuk mengungkapkan perasaan ini yang tiada ujungnya. Aku harus berusaha tersenyum, mengisi hari-hari tanpamu. Walau aku tau disini masih ada sahabat tercintaku yang selalu ada untukku dan membuatku tersenyum setiap saat. Aku juga melihatmu disana yang tertawa, tersenyum bahagia bersama kawan-kawanmu. Itu sudah cukup buatku kalau kamu masih baik-baik saja disana. Aku masih punya ayah yang begitu menyayangiku. Keluarga yang masih utuh, dan masih bersyukur jika hari ini aku masih di beri nafas hidup untuk melihat semua orang-orang yang kusayangi.
            Padahal aku gak tau jika di luar sana masih banyak teman-temanku, sahabat-sahabatku, saudara-saudaraku, dan semua manusia di muka bumi ini yang jauh dari sempurna. Mereka anak yang seumuranku masih membutuhkan kasih sayang orang tuanya. Dimana dia menjelang masa puber, yang masih labil-labilnya. Tapi dia harus berjuang dan menjalani hidup sendiri karena dia hidup tanpa kedua orang tua yang sudah pergi entah kemana. Karena mereka sudah bahagia di sisi Allah. Setidaknya aku juga harus berpikir bagaimana kehidupan di luar sana. Bagaimana susahnya orang yang tidak punya orang tua. Mereka pasti jauh lebih baik dariku.
            Inilah hidup terkadang kita tidak tau harus memilih jalan yang mana. Karena mungkin semua manusia punya perasaan. Perasaan cinta yang gak pernah bisa di lawan. Mencintai satu orang yang special hingga menolak semua orang yang mendekatinya hanya karena ada rasa. Sampai pada akhirnya menyesalah sudah tiada ujungnya. Kita harus belajar lagi lebih dalam di antara bintang-bintang yang lebih baik. Di sana rasi bintangku dan rasi bintangmu menanti. Diatas langit yang jauh dari planet bintang. Aku belajar mencintai seseorang tanpa harus di cintai dengan rasa di lubuk hatiku yang tiadaa ujungnya jalan. Hingga kau tau dimana kau harus pulang.
           
Aku mencintai bukan untuk dicintai
            Mencintaimu adalah anugerah jiwa
            Menyayangimu adalah kehendak cinta
            Belajar melupakanmu adaalah caraku
            Pertemuan yang tiada ujungnya akan berpisah
            Inilah cinta yang tak saling memiliki
            Dua hati yang tak mungkin bersatu
            Hingga kau tau…
            Dimana jalan kau harus pulang untuk cinta
            Salam dari negeri cinta di sabrang samudra…